Liputantimur.com, Makassar – Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa Latin yaitu cultura.
Disini saya tidak membahas kebudayaan dalam arti luas, namun kembali memaknai hari kebudayaan kota Makassar adalah satu momentum untuk kita kembali merenungi sebuah perjalanan kehidupan yg berproses sesuai tuntutan jaman yg tentunya kita tdk bisa menghindar dari sebuah akulturasi peradaban dan perubahan jaman yang begitu cepat.
Dijaman era digitalisasi saat ini disisi lain sebuah tuntutan peradaban hidup yan tak terelakkan menuntut kita untuk terus berbenah diri layaknya kota Makassar saat ini dibawah kepemimpinan walikota Danny Pamanto dengan segala program konsep inovasi yang brillian dan cerdas bahkan dikata kinerjanya tak jarang menyabet penghargaan nasional, menuju kota bertaraf kota dunia.
Namun disisi lain sebuah ancaman kebudayaan lokal sebagai warisan leluhur dan kearifan lokal yang bisa punah dan tak lagi dikenal, dan tinggal cerita masa lalu, Maka semoga dengan di peringantinya hari kebudayaan hari ini, semoga bisa menjadi hari untuk kita maknai akulturasi budaya dalam transportasi konteks kekinian.
Sehingga sekalipun jaman millenial namun kita tidak melupakan warisan budaya yang kaya dan syarat dengan makna
Kebudayaan lokal suku Makassar Bugis adalah salah satu kekayaan dan peradaban sejarah yang mana kalau di rawat dan di kelola dengan baik akan menambah khasana dan kebesaran suatu daerah bahkan mampu mendatangkan penguatan ekonomi kerakyatan bahkan PAD Daerah.
Untuk itu dalam momentum hari kebudayaan kota Makassar kali ini mari kita memaknai sebagai sebuah kearifan lokal, yan harus dijaga dan di lestarikan.
Sebagai pemerhati budaya saya melihat banyak hal di kota Makassar situs bersejarah sebagai saksi sebuah peradaban besar masalah daerah ini, miris melihat generasi mudah sudah banyak yang Apriori dengan hal tersebut baik itu situs bersejarah, adat adab, kuliner, permainan dulu, sejarah tergantikan dengan android dengan segala permainan sistem digital.
Sehingga besar kemungkinan kedepan bangsa ini kehilangan jati dirinya, 1 April semoga menjadi sarana untuk memberi porsi dan menjadikan kebudayaan lokal sebagai kekayaan negeri ini, paling tidak kota Makassar tidak kehilangan jati dirinya sebagai budaya yang besar, dari sisi pembangunan kota paling tidak ada hirarki dari sebuah perjalanan peradaban.
Sehingga perkembangan kota bisa jadi saksi sebuah proses perkembangan tanpa menghancurkan situs dan kota lama, situs bersejarah kota lama mestinya direvitalisasi dan dipertahankan sehingga saat kita masuk Makassar, disisi lain ada perkembangan kota yg high tech and futuristik, tapi juga kita bisa back to basic, berpadu dengan kuliner khas dan seni tradisional yang tetap terjaga.
Paling tidak anak cucu kita tidak hanya meninggalkan cerita tentang Makassar tempo dulue, Dan ini merupakan PR buat kita semua.
Tulisan Ir. Walinono
(Pemerhati Budaya GMBI)