Liputantimur.com , Opini – Dari jawaban Presiden Rusia Vladimir Putin terungkap alasan mendasar dirinya memerintahkan militernya menginvasi (agresi) negara tetangganya Ukrania, yakni takut negerinya tunduk di bawah kekuasaan NATO (North Atlantic Treaty Organization).
Demikian invasi Rusi ke Ukrania boleh dikata dilakukan dalam rangka mempertahankan eksistensi negara bernama Rusia.
Dalam koteks lebih luas, meminjam fikiran DR Masri Singarimbun, agresi berfungsi untuk mempertahankan kelanjutan ‘species’.
Sementara itu dari sebuah hadis yang dinukil oleh Prof Ahmad Syauqi Ibrahim dalam “Potensi Gaib Manusia” (2012) dapat ditegaskan bahwa ‘jiwa’ manusia diciptakan lengkap dengan sifat-sifat membangkang atau suka menyerang (agresor).
Hadis itu liniear dengan fakta yang diungapkan para peneliti terhadap cabang bayi yang kembar dalam kandungan. Mereka saling mendorong untuk merebut asupan makanan dan ruang.
Fakata itu menunjukkan sifat mempertahankan diri yang darinya mencuat sifat ‘agresor’ sudah ada sejak manusia masih di dalam kandungan.
Melihat agresi sebagai sifat bawaan manusia, mau tak mau harus dikatakan di sini bahwa sampai kapan pun selama manusia memiliki jiwa, agresi antara manusia akan selalu menghiasi perjalanan hidupnya di muka bumi.
Oleh sebab itu demi terpeliharanya kedamaian hidup manusia di muka bumi ‘sifat agresor manusia’ mutlak dikendalikan oleh aturan umum yang harus ditaati bersama umat manusia.
Bahwa agresi hanya sah dilakukan dalam rengka membela diri. Kedua pembelaan diri mutlak didasari oleh aturan umum yang disepakati karena agresi tidak dibenarkan terhadap manusia yang tidak bersalah.
Ketiga, agresi harus dihentikan ketika lawan sudah berada dalam kondisi lemah dan menyerah.Terakhir agresi dalam konteks peperangan dilarang terhadap anak-anak, orang tua dan kaum perempuan.
Cemburu pemicu agresor
Karena merasa status kehormatannya akan dikalahkan oleh Nabi Adam as, Iblis lantas menolak perintah Allah SWT untuk menghormati Nabi Adam as dengan cara bersujud. Apa yang terjadi, Allah SWT melaknat Iblis. Di sini agresor hanya merugikan Iblis .
Tak beda dengan Iblis ialah Raja ( Firiaun ) Mesir Ramses II yang meneyerang secara brutal Nabi Musa as beserta puluhan ribu pengikutnya.
Ternyata agresi Firaun harus dibayar mahal. Dirinya berserta ratusan tentaranya kehilangan nyawa digulung ombak laut merah.
Masih banyak contoh lgi. Lantas mengapa agresor yang dilandasi cemburu hanya menjadi bumerang ? jawabannnya ialah karena agresi yang dilakukan melabrak aturan umum di atas.
Kalah dari anjing
Mengutip “King Solomons Ring” dan “On Aggression” dua karya Pemenang Nobel Perdamaian Konrad Lorenz, DR Masri Singarimbun dalam atikelnya “Batas Agresi di Mana?” yang dikutip oleh A Widyamartaya dalam “Seni Menungkan Gagasan (1994:90) menguraikan singkat bagaiman ajing mengalahkan manusia dalam soal pengendalian agresi.
Katanya, ada suatu mekanisme yang keterangannya begini. Lambang ketundukan (sumbmissive symbol gesture) yang ditunjukkan oleh pihak yang kalah dengan otomatis menghentikan agresi penyerang pada berbagai species.
Demikianlah, kalau seekor anjing yang galak menghantam anjing yang lain, maka serangan itu serta merta berhenti ketika pihak yang kalah menunjukkan lambang kekelahan : ekor membengkok diantara kaki belakang yang merunduk.
Dia menyerah kalah. Dia tidak disakiti lagi dan tidak dibunuh.Pihak penyerang tidak berniat melanjutkan untuk menggunakan cakar dan taringnya lagi.Di sini manusia dikalahkan anjing, kata Lorenz yang secara manis diuraikan dalam bukunya “On Aggression”, kutip Masri Singarimbun.
Manusia sering tidak mampu menghentikan agresinya walau manusia yang diserang itu—apakah ia pencuri ayam atau musuh dalam perang — sudah menyatakan tunduk dan minta ampun. Walau dia sudah menunjukkan lambang ketundukan: merunduk dan angkat tangan.
Rupanya manusia yang berbudaya menjadi makhluk lain ketika prilaku agresinya tidak terkendalikan.Di sana sini pencuri ayam yang mnta ampun masih dipukuli sampai babak belur. Yang tunduk dan minta ampun bisa pula terus kena pancung.
Al-Qur’an Surah Al A’Raaf ayat 179 sudah menyinggung soal kekelahan manusia dengan binatang (ternak) , yakni anak cucu Adam as yang sepanjang hidupnya tidak mau menggunakan hati (akal), mata dan telinganya untuk memahami, melihat,dan mendengarkan ayat-ayat Allah.
Manusia yang tak beriman dan tidak bertakwa sebenar-benarnya bertakwa kepadaNyalah yang dapat dipastikan lebih berbahaya dari anjing ganas ketika dia berada dalam posisi bertarung atau bersaing.
Sebab dia tetap membunuh walau pesaingnya dalam posisi lemah dan meminta ampun. (*).