Menurut statistik, dari Maret 2020 hingga Maret 2022, terdapat hampir 12.000 insiden kekerasan terhadap orang Asia di seluruh AS, dan kejahatan rasial terhadap orang Asia meningkat sebesar 177 persen pada tahun 2022.
Liputantimur.com -Pada acara Hari Peringatan Holocaust Internasional yang diadakan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada 27 Januari 2023, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyampaikan pidato.
Di sana ia mengajak hadirin untuk mengenang kembali peristiwa Holocaust yang mengerikan, jauh dari rasa kemanusiaan karena Nazi Jerman dengan sengaja membunuh manusia dalam jumlah sangat besar, antara 11-17 juta orang yang dianggap Yahudi (Semit) dari 1933 hingga 1946.
Dengan pidatonya ini , dia berharap, anggota PBB dapat melakukan aksi nyata penentangan keras terhadap segala sesuatu yang senafas  Holocaust.
Dikatakan, anti semitisme, ujaran kebencian, dan informasi yang salah selalu ada. Selain itu, ada peningkatan pengabaian hak asasi manusia dan penghinaan terhadap supremasi hukum, ideologi supremasi kulit putih dan Neo-Nazi yang “melonjak”, dan antisemitisme yang meningkat – serta bentuk lain dari kefanatikan dan kebencian agama. Dunia harus berhati-hati dengan “lagu sirene kebencian”.
Tanggal 27 Januari menandai pembebasan Kamp Konsentrasi dan Pemusnahan Nazi di Auschwitz-Birkenau oleh pasukan Soviet, dan memperingati para korban Holocaust.
Media Global Times China edisi Minggu (29/01/2023) terang benderang menunjuk Amerika Serikat (AS) adalah subjek yang disinggung oleh Antonio Guterres dalam pidatonya itu.
PBB tau dan paham apa yang terjadi di Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir memperlihatkan tanda-tanda yang dikhawatirkan dapat mengarah pada Holocaust atau semacamnya dalam waktu relatif cepat.
Tanda-tanda itu ialah ungkapan kebencian serius terhadap warga setempat keturunan Asia yang diekspresikan dalam bentuk kekerasan seperti penembakan pada manusia, pada gardu listrik, dll yang mulai meluas.
“Lonceng peringatan Guterres terutama berbunyi untuk Washington. Ini bukan karena orang memiliki prasangka buruk terhadap AS, tetapi karena mereka memiliki pemahaman dan kesadaran tertentu akan hal itu”, katanya.
Kekuatan Inersia
Menurut statistik, dari Maret 2020 hingga Maret 2022, terdapat hampir 12.000 insiden kekerasan terhadap orang Asia di seluruh AS, dan kejahatan rasial terhadap orang Asia meningkat sebesar 177 persen pada tahun 2022.Data ini mengejutkan.
Sikap pemerintahan Biden terhadap kejahatan rasial relatif jelas namun buruk.Momentum ujaran kebencian dan kejahatan rasial yang merajalela tidak dapat diatasi, tetapi justru menjadi lebih kuat. Mengapa demikian?
Kekuatan inersia ( inersia adalah kecenderungan untuk menolak perubahan terhadap keadaan geraknya) adalah salah satu alasannya, tetapi pada dasarnya karena para elit politik di Washington terjebak dalam kesalahpahaman besar tentang masalah ini.
Gerakan anti-kejahatan kebencian sangat tidak lengkap, dan tindakan keras terhadap ujaran kebencian dan kejahatan kebencian setengah hati, penuh selektivitas atau oportunisme.
“Meski Biden mengakui faktanya, dia tidak merenung lebih jauh, malah memuji Undang-Undang Kejahatan Kebencian COVID-19 yang disahkan oleh pemerintahan saat ini”, kata Global Times China berbahasa Inggris ini.
Rasisme, ujaran kebencian, dan kejahatan senjata adalah penyakit sistemik kronis di AS. Sikap ambigu elit Washington menjadi alasan penting mengapa masalah ini tidak kunjung sembuh bahkan semakin parah.
Tidak hanya itu, dengan latar belakang bersikap keras terhadap China semakin menjadi konsensus bipartisan, dan membesar-besarkan teori ancaman China telah menjadi alat universal untuk menarik suara, bagaimana mungkin mengurangi teori kebencian dan konspirasi terhadap orang Asia? atau Cina?
AS telah menjadi negara dengan fenomena kebencian yang sangat serius, sumber utama ujaran kebencian dan pola pikir.
Di negara ini pula, tambah Global Times China, AS, ada pergeseran terget utama serangan kebencian. Sebelumnya diarahkan ke komunitas Yahudi, kini diarahkan ke komunitas Asia, yang dihubungkan dengan berbagai versi “teori ancaman China”(*)