Desa adat Penglipuran dinobatkan sebagai desa terbersih ketiga di dunia setelah Desa Mawlynnong di India dan Giethoorn di Belanda.
Hotria Mariana, penulis Kompas.com, menunjukkan lima aspek desa ini yang mungkin saja menjadi pemicu tim penilai menobatkan desa ini di urutan ketiga terbersih di dunia.
1.Bersih dari polusi
Tidak ada kendaraan bermotor wara-wiri di desa ini. Ini karena tegaknnya aturan yang melarang menggunakan kendaraan bermotor sehingga kualitas udara tetap bersih dan segar.
Mata wisatawan dimanjakan oleh warna-warni bunga dan dedaunan tanaman warga sekampung yang segar, rimbun dan tertata yang selalu melepas aroma yang khas menyegarkan.
2.Bertahan dengan model tata ruang tradisonal
Desa Penglipuran masih mempertahankan model tataruang teradisonal yang disebut Tri Mandala; pembagian dalam tiga zona berdasarkan nilai kesucian berurut. mulai dari utara sebagai tempat paling suci hingga selatan sebagai tempat paling tidak suci.
Zona utama mandala yang terletak di utara dianggap sebagai peraduan para dewa. Karena itu, tempat ibadah hanya didirikan di kawasan ini.
Salah satunya, Pura Penataran, tempat memuja Dewa Brahma yang merupakan pencipta seluruh alam semesta menurut kepercayaan Hindu.
Sementara, di bagian tengah desa, terdapat zona madya mandala. Area ini difungsikan sebagai permukiman penduduk.
Selanjutnya, zona paling tidak suci di selatan disebut sebagai nista mandala. Area ini dikhususkan sebagai tempat peristirahatan terakhir masyarakat yang sudah mangkat alias pemakaman penduduk.
Bangunan dan sebagainya didirakan pada tempatnya sehingga ruang hidup desa ini tampak tertata rapi dan sedap dipandang mata.
3.Hunian tradisional
Lebih separuh pekarangan—sebutan untuk rumah—di desa ini berdiri menggunakan bambu sebagai material utama bangunan.Polanya seragam.; ngkul-angkul, luas lahan bangunan, dan pembagian denah ruangan.Semuanya sama.
Setiap rumah di Desa Penglipuran memiliki kamar tidur, ruang tamu, dapur, balai-balai, lumbung, dan tempat sembahyang.
Bagian utama rumah hanya untuk tempat beribadah, tengah (kamar dan dapur) untuk beraktivitas sehari-hari, dan bagian luar digunakan sebagai tempat menjemur baju atau serta kandang ternak.
Itu sesuai konsep tri Dharma.
4. Memiliki hutan bambu puluhan hekto are
Sekitar 40 persen dari total luas Desa Penglipuran merupakan kawasan hutan bambu. Menurut kepercayaan setempat, hutan ini tidak tumbuh sendiri, tapi ditanam oleh nenek moyang.
Dengan kata lain, hutan bambu dianggap sebagai bagian dari sejarah Desa Penglipuran. Karena itu, masyarakat setempat melestarikan hutan tersebut.
Selain merawat peninggalan nenek moyang, pelestarian dilakukan demi menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Sebab, hutan tersebut juga berfungsi sebagai kawasan resapan air.
Ada sekitar 15 spesies bambu yang tumbuh di hutan bambu Desa Penglipuran. Bambu dari hutan ini pun merupakan salah satu bambu terbaik di Bali.
Penggunaan bambu dari hutan tersebut sebagian besar diutamakan untuk Laba Pura (memelihara bangunan pura), kemudian disusul untuk bangunan lain, seperti rumah.
5.Ritual keagamaan Ngusaba
Layaknya desa adat lain di Bali, Desa Penglipuran juga memiliki ritual keagamaan yang terus dijalankan hingga saat ini. Salah satunya, upacara Ngusaba yang biasa dilakukan untuk menyambut Hari Raya Nyepi.
Lewat upacara tersebut, masyarakat menghaturkan berbagai sesajen di pelataran pura. Persembahan ini merupakan bentuk rasa syukur atas hasil panen.
Selain itu, setiap 15 hari sekali, masyarakat Desa Penglipuran juga akan datang ke Pura Penataran untuk bersembahyang. Ritual ini terus dilakukan karena sudah diajarkan oleh para tetua adat dan merupakan ajaran yang diwariskan oleh para leluhur.
Tradisi menarik lain yang bisa disaksikan di Desa Penglipuran adalah perayaan Hari Raya Galungan yang diperingati setiap 210 hari sekali.
Di sini wisatawan harus mengikuti etiket yang berlaku saat upacara keagamaan. berlangsung. Ikuti aturan ini sama dengan penduduk setempat.
6.Kuliner yang khas
Selain pemandangan indah dan budaya sarat nilai luhur, Desa Penglipuran juga punya sajian kuliner khas yang wajib untuk dicoba, yaitu loloh cemcem dan tipat cantok.
Loloh cemcem merupakan minuman khas yang terbuat dari daun cemcem dengan khasiat melancarkan pencernaan.
Pembuatan minuman ini menggunakan metode tradisional tanpa bahan pengawet dan pemanis buatan.
Sementara, tipat cantok merupakan hidangan ketupat dengan sayuran rebus disajikan bersama bumbu kacang.
Selain punya kuliner menggoyang lidah, Desa Penglipuran juga memiliki beragam produk ekonomi kreatif (ekraf) dalam bentuk kriya.
Contohnya, topeng bambu ukir, miniatur rumah tradisional Penglipuran, dan keben lukis.
Masyarakat setempat juga memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk belajar membuat kerajinan tangan langsung dari para perajin di sana.ini yang membuat para wisatawan asing ingin kembali lagi di desa ini.(*)