Jakarta –Kemiskinan tidak akan hilang dari bumi Indonesia, jika kita melihat sebuah permasalahan tidak mendetail dan hanya ada dua cara untuk menghilangkan hal tersebut.
Fahd El Fouz A Rafiq membentuk organisasi yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan yaitu Barisan Pemuda Nusantara ini ingin melangkah maju dengan gagasan dan konsep yang telah mendunia akan tetapi belum diterapkan secara utuh dan niat tulus di Negara Indonesia ini.
Kemiskinan masih menjadi hal yang terus diperbincangkan khususnya di Indonesia dan negara negara berkembang, kemiskinan tidak mungkin hilang jika seluruh elemen anak bangsa tidak bersatu. Persoalan pelik ini membutuhkan proses yang panjang dalam menyelesaikannya.
Sang pena akan melanjutkan sesi akhir dari Fahd El Fouz Arafiq dan Grameen Bank bagian Akhir, Saya kira tidak ada seorang pun memiliki pengetahuan atau kebijaksanaan untuk memprediksi apa yang akan terjadi pada dunia ini dan penghuninya dalam 100 tahun ke depan. Dunia sedang berubah dengan cara-cara yang tak terduga dan akan terus menjadi semakin tak terduga seraya kita bergerak mengarungi abad ini.
Yang bisa kita katakan dengan tingkat kepastian yang cukup memadai adalah bahwa laju perubahan akan jadi semakin cepat, sangat tidak mungkin untuk melambat. Ambillah semua pengetahuan, penemuan, ciptaan yang terakumulasi sampai akhir abad ke-20, dan dalam 50 tahun mendatang saja, ini akan tumbuh mungkin beberapa kali lipat. Inilah laju perubahan luar biasa yang sedang kita songsong Jika entah bagaimana kita bisa kembali lagi ke dunia hari ini
100 tahun dari sekarang, kita pasti akan merasa seakan-akan menjadi tamu dari abad prasejarah.
Jika kita mencoba membayangkan
seperti apa dunia 25 tahun dari hari ini, kita akan perlu mengarang
Momentum perubahan jelas sudah berlangsung. Pencarian takkenal puas untuk memahami yang tidak diketahui, hasrat bisnis untuk memakai teknologi demi melayani konsumen, dan perlombaan senjata militer antar bangsa telah turut menciptakan momentum ini.
Pertanyaan sesungguhnya adalah apakah perubahan perubahan ini akan membawa manusia kian mendekat atau menjauh
dari kondisi-kondisi sosial-ekonomi yang diharapkan Jawabannya jelas. Jika kita menganggap diri kita sebagai penumpang pada “Pesawat Ruang Angkasa Bumi” ini, kita akan mendapati diri berada dalam sebuah perjalanan tanpa pilot dan
tanpa kejelasan arah untuk diikuti.
Jika kita bisa meyakinkan diri sendiri bahwa kita sesungguhnya adalah awak pesawat angkasa ini, dan bahwa kita harus mencapai tujuan sosial-ekonomi tertentu,
maka kita akan terus mendekati tujuan itu, sekalipun kita membuat kesalahan atau mengambil jalan berputar sepanjang perjalanan.
Kita perlu mengetahui tujuannya, andai bukan secara pasti, maka paling tidak secara umum. Sebelum kita sungguh-sungguh mengubah sesuatu menjadi kenyataan, kita harus mampu memim-
pikannya. Setiap impian sosial-ekonomi tak lain adalah langkah pertama dalam proses memetakan arah ke tujuan. Jika kita berhasil mengidentifikasi tujuan kita, lebih banyak inovasi dan perubahan
akan berlangsung untuk membantu kita mencapainya.
Jadi, pertanyaan sesungguhnya bukan di mana kita akan berada pada tahun 2050, melainkan ke mana kita ingin mengarahkan dunia di tahun 2050. Pada saat itu, saya ingin melihat sebuah dunia yang bebas dari kemiskinan. Artinya, takkan ada seorang pun di planet ini yang bisa digolongkan sebagai orang miskin atau yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Saat itu, kata “miskin” tidak lagi
relevan. Kata itu hanya akan dipahami dengan merujuk ke masa lalu. Kemiskinan tak punya tempat dalam masyarakat manusia yang beradab. Tempatnya yang layak adalah di museum. Di sanalah kemiskinan akan tinggal. Ketika anak-anak sekolah pergi dengan gurunya berwisata ke museum kemiskinan, mereka akan ketakutan melihat kesengsaraan dan kehinadinaan martabat manusia.
Mereka akan menyalahkan kakek-neneknya karena mentolerir kondisi tidak manusiawi ini dan terus membiarkannya menimpa bagian terbesar penduduk dunia sampai awal abad ke-21.Saya selalu meyakini bahwa menghapuskan kemiskinan dari muka bumi ini adalah persoalan niat. Bahkan hari ini pun kita belum memberi perhatian serius pada masalah kemiskinan karena yang berkuasa relatif masih belum tersentuh olehnya.
Banyak orang menjaga jarak dari masalah ini dengan mengatakan bahwa
bila kaum miskin bekerja lebih keras, mereka tidak akan miskin.
Ketika kita ingin membantu kaum miskin, kita biasanya menyodori mereka bantuan amal. Seringkali kita memakai bantuan
amal karena enggan mengakui pokok masalahnya dan menemukan solusinya. Bantuan amal menjadi cara untuk lepas tanggung jawab. Tetapi bantuan amal bukan solusi terhadap kemiskinan.Bantuan
amal hanya mengekalkan kemiskinan dengan merebut inisiatif dari
kaum miskin. Bantuan amal memungkinkan kita melanjutkan hidup tanpa mencemaskan kehidupan kaum miskin. Bantuan amal menyenangkan hati kecil kita belaka.
Permasalahan sejatinya adalah menciptakan lapangan bermain yang setara bagi setiap pihak-negara kaya dan miskin, perusahaan kecil dan besar memberi kesempatan yang sama bagi
<span;>setiap manusia.
Seraya globalisasi terus menggapai realitas sosial ekonomi kita, upaya penciptaan lapangan bermain yang setara ini bisa terancam secara serius kecuali bila kita melancarkan sebuah
perdebatan global dan menyetujui secara umum ciri-ciri dari arsitektur globalisasi yang “benar.” Janganlah kita terseret masuk kedalam sesuatu yang sangat salah karena tidak adanya sebuah ke-
rangka untuk bertindak. Kerangka ini tak pelak lagi punya banyak ciri, tetapi kita boleh camkan yang berikut ini: Aturan “yang kuat.
dapat semua” harus diganti dengan aturan yang menjamin bahwa
dagangan bebas” harus berarti kebebasan bagi kaum yang paling setiap orang punya tempat dan bagian dalam setiap tindakan, “Perlemah. Kaum miskin harus menjadi pemain aktif, dan bukan korban pasif, dalam proses globalisasi. Globalisasi harus menjunjung harmoni dan kemitraan antara perekonomian besar dan kecil, alih-alih menjadi sebuah wahana pengambil alihan habis-habisan oleh perekonomian kaya.
Globalisasi harus memastikan kemudahan
pergerakan orang lintas batas. Setiap negara, terutama yang miskin,
harus melakukan upaya-upaya serius dan sinambung untuk menghadirkan teknologi informasi bagi kaum miskin yang memungkinkan mereka mengambil manfaat maksimum dari globalisasi.
Usahawan sosial harus didukung dan didorong terlibat dalam proses globalisasi untuk membuatnya ramah terhadap kaum miskin.
Privilese tertentu harus ditawarkan pada mereka agar bisa meningkatkan dan melipatgandakan usahanya.
Masyarakat manusia telah mencoba berbagai cara untuk memastikan kesetaraan peluang, tetapi kemiskinan tetap ada. Kita berharap Negara mengurus kaum miskin yang dalam pengurusannya
malah terbelit dengan birokrasi masif.
Sejumlah besar uang pembayar pajak disisihkan untuk membiayai program-program yang dikelola oleh birokrasi ini. Tetapi apapun yang telah dicapai, program-program pemerintah ini belum menciptakan kesetaraan peluang.
Kemiskinan sangat sering diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya.
Seraya terus melalui hari-hari pertama milenium baru ini, baik kiranya kita memanfaatkannya untuk berjuang sekeras-kerasnya mencapai tantangan Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) yang ditetapkan oleh para pemimpin dunia dalam Pertemuan Puncak Milenium (Millennium Summit) di PBB pada Juni 2000. Yang paling menantang dari sasaran-sasaran ini adalah sebuah sasaran yang sangat mungkin dicapai menurunkan angka kemiskinan hingga separuhnya pada 2015. Saya sangat yakin dari pengalaman kerja dengan masyarakat miskin bahwa mereka bisa mengangkat diri keluar dari kemiskinan jika kita memberi mereka peluang yang sama atau setara sebagaimana yang kita berikan pada
lainnya.
Kaum miskin dengan sendirinya bisa menciptakan sebuah dunia yang bebas-kemiskinan. Yang harus kita lakukan adalah membebaskannya dari rantai yang membelenggu mereka. Untuk mengurangi dan akhirnya menghapuskan kemiskinan,
kita harus kembali ke meja perencanaan. Konsep, lembaga, dan kerangka-kerangka analitis –kondisi yang menciptakan kemiskinan tidak bisa mengakhiri kemiskinan. Jika kita bisa secara cerdas menggarap ulang kondisi-kondisi kerangkanya, maka kemiskinan
akan hilang dan takkan pernah kembali lagi.
Kita harus memperluas konsep kita perihal lapangan kerja, memastikan bahwa
layanan finansial menyentuh kaum paling miskin, dan mengakui adanya potensi pengusaha dalam diri setiap manusia. Perubahan adalah buah dari upaya yang intensif. Intensitas upaya itu bergantung pada kebutuhan yang dirasa perlu bagi perubahan dan sumber-sumber daya yang dimobilisir untuk menghadirkan perubahan yang diharapkan.
Dalam perekonomian berbasis
ketamakan, jelas bahwa perubahan itu akan disetir oleh ketamakan. Perubahan ini bisa jadi tidak senantiasa memenuhi harapan sosial. Perubahan-perubahaan yang diharapkan secara sosial bisa
jadi tidak menarik dari sudut pandang ketamakan.
Itulah mengapa organisasi yang sadar-sosial dibutuhkan, dan Negara serta masyarakat sipil harus menyediakan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya bagi mereka. Organisasi-organisasi macam ini akan terus mencurahkan perhatian serta dana riset dan pengembangannya untuk inovasi, adaptasi, dan pengembangan teknologi yang akan memfasilitasi pencapaian tujuan-tujuan sosial yang bermanfaat.
Mereka juga akan memantau pengembangan teknologi yang digerakkan oleh ketamakan untuk memastikan bahwa
teknologi macam itu tidak mengarahkan masyarakat ke tujuan – tujuan yang tidak diharapkan. Saya yakin bahwa salah satu cara terbaik untuk maju adalah mendorong usahawan sosial. Pola perilaku seorang usahawan yang digerakkan oleh tujuan sosial (baca: usahawan sosial) adalah sbb:
Meski diilhami oleh sejumlah tujuan sosial, dia bersaing dengan semua pesaing lain di pasar. Inilah alasan mendasarnya
untuk tetap berkecimpung dalam bisnis.
Dia mungkin memperoleh laba pribadi juga. Laba pribadi ini bisa berkisar dari nol sampai ke jumlah yang sangat besar, bahkan lebih besar dari pesaingnya yang dimotivasi oleh laba. Tetapi dalam kasus usahawan sosial, laba pribadi adalah pertimbangan kesekian, bukan yang utama. Di sisi lain, seorang usahawan yang dimotivasi oleh laba mungkin memiliki andil dalam pencapaian beberapa tujuan sosial. Tetapi ini akan menjadi produk sampingan dari bisnisnya, atau pertimbangan kedua.
Ini tidak akan membuatnya menjadi usahawan sosial. Semakin tinggi dampak sosial dari setiap dolar yang diinvestasikan, semakin tinggi peringkat pasar usahawan sosial. “Pasar”dalam hal ini akan terdiri atas investo investor potensial yang mencari peluang untuk menginvestasikan dananya dalam perusahaan-perusahaan yang digerakkan oleh tujuan sosial.
Uang yang diinvestasikan untuk tujuan sosial akan berpindah dari perusahaan berdampak sosial rendah ke perusahaan yang lebih tinggi dampaknya, dari perusahaan berdampak umum ke
usahaan yang dampaknya spesifik dan nyata, dari perusahaan sosial tradisional ke perusahaan yang lebih inovatif dan efisien.
Para yang digerakkan oleh tujuan sosial akan memerlukan pasar saham terpisah, sebagaimana lembaga pemeringkat, lembaga keuangan, reksadana, dan modal ventura dll yang terpisah pula. Hampir semua perangkat yang kita miliki untuk perusahaan bermotivasi laba dibutuhkan oleh perusahaan bermotivasi tujuan sosial, seperti firma audit, metodologi uji tuntas dan kajian dampak, kerangka peraturan, standarisasi, dsb. Hanya saja konteksnya beda dan metodologinya berbeda pula.
Akibat cara perekonomian ortodoks membentuk dunia saat ini, maka semua dana investasi kini terkunci hanya dalam satu kategori investasi: investasi untuk menghasilkan laba pribadi. Ini terjadi karena masyarakat tidak disodori pilihan.
Cuma ada satu jenis persaingan: persaingan untuk menimbun lebih banyak harta pribabadi sosial, investor akan mulai menempatkan dananya melalui pintu ini
Begitu kita membuka pintu untuk investasi yang berdampak juga. Awalnya, beberapa investor akan mengalihkan sebagian dana investasinya ke perusahaan-perusahaan sosial (mungkin hanya se-
bagian kecil).
Tetapi jika usahawan-usahawan sosial menunjukkan dampak konkret, maka aliran ini makin lama akan makin besar.
Segera, investor jenis baru ini akan mulai masuk dalam permainan mereka akan menempatkan seluruh atau sebagian besar uangnya ke dalam investasi-investasi sosial.
Beberapa usahawan bermotivasi laba mungkin akan mulai menampakkan dimensi lain dari kemampuan bisnisnya. Mereka mungkin berhasil beroperasi di dua dunia: sebagai pengejar laba
konvensional di satu dunia, dan sebagai usahawan sosial penuh
dedikasi di dunia lain.
Jika perusahaan sosial bisa memamerkan rancangan perusahaan berdampak tinggi dan kreatif, suatu hari nanti perusahaan-perusahaan pencari laba pribadi akan mendapat tekanan keras untuk
melindungi pangsa pasarnya. Mereka akan dipaksa meniru bahasa
dan gaya perusahaan-perusahaan sosial untuk bisa bertahan dalam bisnis. Jika masyarakat yang memiliki motivasi sosial bisa mendedikasikan hidup mereka dalam politik guna membawa perubahan bagi komunitasnya, bangsanya, dan dunia, saya tidak melihat alasan mengapa masyarakat yang bermotivasi sosial tidak mendedikasikan
hidupnya untuk membangun dan menjalankan perusahaan-perusahaan bertujuan sosial. Sejauh ini mereka belum melakukannya karena tiadanya peluang maupun kerangka kerja yang mendukung. Kita harus mengubah situasi ini. Sebuah dunia yang sepenuhnya baru bisa diciptakan denganmemberi ruang bagi usahawan sosial dan investor sosial.
Beberapa bencana berbarengan, seperti banjir, kebakaran, badai kelompok-kelompok masyarakat atau seluruh wilayah dilanda bencana. Sebuah dunia yang bebas-kemiskinan mungkin menjumpa kerusuhan, atau gempa bumi.
Tetapi masalah temporer macam itu bisa diatasi oleh mekanisme pasar melalui asuransi atau program self-paying lainnya, dibantu tentunya oleh perusahaan. perusahaan yang digerakkan oleh kesadaran sosial. Akan selalu ada perbedaan gaya hidup antara mereka yang berada paling bawah dalam masyarakat dengan mereka yang tingkat pendapatannya tinggi. Tetapi perbedaan itu hanya akan ada antara kelas menengah dengan kelas atas, bukan kelas tiga atau kelas empat seperti dalam sistem sekarang.
Bisakah kita benar-benar menciptakan dunia yang bebas kemiskinan? Sebuah dunia tanpa warganegara kelas tiga atau kelas empat, sebuah dunia tanpa masyarakat bawah yang kelaparan, buta
huruf atau telanjang kaki? Ya kita bisa, dalam cara yang sama kita bisa menciptakan negara berdaulat, atau sistem politik demokratis, atau ekonomi pasar bebas.
Sebuah dunia tanpa kemiskinan
mungkin tidak sempurna, tetapi itu akan menjadi yang paling mendekati kondisi ideal. Kita telah menciptakan dunia yang bebas-perbudakan, dunia yang bebas-penyakit cacar, dan dunia yang bebas-apartheid. Menciptakan dunia yang bebas-kemiskinan akan lebih besar dari semua
prestasi ini sembari pada saat yang bersamaan memperkuatnya. Ini
akan menjadi sebuah dunia yang kita semua bisa bangga hidup di dalamnya.
Semoga dengan uraian diatas khususnya, bagian tulisan dari Fahd A Rafiq dan Grameen Bank bagian 1- 5 mampu membuka cakrawala kita semua dan terus mendorong cita cita mulia yang akan dilakukan oleh Fahd El Fouz A Rafiq melalui BAPERA nya untuk Indonesia yang lebih baik.
Penulis: ASW