Liputantimur.com | Palestina – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan, “sedikitnya 196 pekerja kemanusiaan terbunuh sejak Oktober” di Jalur Gaza, menyusul tragedi terjadinya pembunuhan pekerja bantuan oleh pasukan Israel baru-baru ini.
Menggambarkan wilayah Palestina sebagai “salah satu tempat paling berbahaya dan sulit di dunia untuk bekerja” sebagai pekerja bantuan kemanusiaan, juru bicara PBB Stephane Dujarric saat konferensi pers kembali menegaskan bahwa semua serangan terhadap pekerja layanan kesehatan dan militerisasi rumah sakit “tidak dapat diterima.”
Dujarric menekankan bahwa rumah sakit harus dilindungi agar warga sipil dapat menerima bantuan penyelamatan jiwa yang mungkin mereka butuhkan.
Mengulangi seruan mendesak PBB untuk segera dilakukan gencatan senjata, jubir itu mengatakan Koordinator Senior PBB untuk Kemanusiaan dan Rekonstruksi Gaza, Sigrid Kaag, bertemu dengan pekerja lembaga kemanusiaan World Central Kitchen (WCK) di Gaza, sehari sebelum mereka tewas akibat serangan udara Israel.
Mengetahui Kaag “terkejut” dengan serangan tersebut, Dujarric menyampaikan pernyataan belasungkawa kepada keluarga korban.
Ditanya tentang pesan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres atas peristiwa tersebut, Dujarric mengatakan: “Pesannya adalah biarkan pekerja kemanusiaan melakukan tugasnya. Mereka harus mampu melakukannya dan aman.”
Menurut Dujarric, Israel sedang menyelidiki serangan WCK dan PBB sedang menunggu hasilnya.
Dia juga menambahkan bahwa banyak personel PBB yang terbunuh di wilayah tersebut, dengan beberapa di antaranya tewas di lokasi yang sebelumnya telah dikomunikasikan kepada otoritas Israel.
Dujarric menggambarkan minimnya komentar Israel tentang kematian tersebut sebagai “kekontrasan yang sangat layak disorot.”
Mengungkapkan kesedihan atas semua kematian warga sipil, Dujarric menekankan perlunya menghormati semua individu.
Pada Selasa (2/4) WCK mengatakan tujuh pekerja mereka tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza pada Senin.
Baca Israel Diduga Sengaja Targetkan Relawan Kemanusiaan di Gaza
Tujuh pekerja organisasi bantuan yang berbasis di AS, yang tewas pada Senin itu adalah warga negara Australia, Polandia, Inggris, Palestina, serta warga negara ganda AS-Kanada. Pasca “serangan terarah” tersebut, WCK menyatakan bahwa pihaknya berhenti beroperasi di wilayah tersebut.
Selain telah menewaskan 33.000 orang sejak 7 Oktober 2023, serangan dan pengepungan oleh Israel di Jalur Gaza juga disalahkan atas kondisi hampir kelaparan lebih dari dua juta warga Palestina. Demikian juga serangan yang menewaskan pekerja bantuan dan warga sipil yang mencari bantuan kemanusiaan.
Sumber: Anadolu