Liputantimur.com | Pinrang – sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan, dikenal dengan berbagai kuliner khas yang memikat lidah. Salah satu makanan tradisional yang tidak boleh terlewatkan adalah Palekko. Bagi warga Pinrang, palekko bukan sekadar makanan, tetapi juga simbol kekayaan budaya yang diwariskan turun-temurun.
“saya mulai membuat Palekko Bebek sejak tahun 2000. Saya ingin melestarikan resep turun-temurun keluarga dan memperkenalkan kuliner khas Pinrang kepada masyarakat” ujar Hj. Kino Taneng saat di wawancarai 30/12/24 via telefon.
Palekko adalah hidangan berbahan dasar bebek, yang dimasak dengan bumbu khas dan dicampur dengan sambal pedas. Proses pembuatan palekko yang unik, serta rasa yang lezat, menjadikannya hidangan yang sangat digemari baik oleh penduduk lokal maupun para wisatawan yang berkunjung.
“Saya suka palekko bebek karena rasanya yang unik dan aroma yang khas. Saya tumbuh di Pinrang dan palekko bebek adalah makanan favorit saya sejak kecil” ucap Andi Tenri (Ahli kuliner Palekko di Pinrang) saat diwawancarai dikediamannya 11/01/25 via telefon.
Apa yang membedakan palekko dari hidangan lainnya adalah cara memasaknya yang sederhana namun kaya rasa. Biasanya bebek tersebut dibersihkan dan dibakar terlebih dahulu sebelum diolah dengan bumbu khas yang terbuat dari cabai, bawang merah, bawang putih, dan rempah-rempah lainnya.
“Palekko Bebek Pinrang memiliki rasa yang unik karena menggunakan bumbu tradisional seperti kunyit, jahe, dan lada. Proses memasaknya juga memerlukan kesabaran dan perhatian khusus” ujar Hj.Kino Taneng 30/12/24 via telefon.
Setelah bebek dibakar, ia dipadukan dengan sambal yang memiliki tingkat kepedasan yang dapat disesuaikan dengan selera. Keistimewaan lain dari palekko terletak pada cara penyajiannya yang selalu disertai dengan nasi putih hangat.
“Saya belajar dari ibu saya yang sudah ahli memasak palekko bebek. Saya mulai membantu ibu saya sejak SMA dan kemudian saya mengembangkan resep sendiri” ucap Andi Tenri (Alhli kuliner Palekko di Pinrang) saat diwawancarai dikediamannya 11/01/25 via telefon.
Bagi masyarakat Pinrang, palekko tidak hanya menjadi makanan sehari-hari, tetapi juga bagian dari ritual adat dalam berbagai acara. Dalam tradisi perayaan pesta panen disawah. Palekko sering disajikan sebagai hidangan utama yang menggambarkan kebersamaan dan keharmonisan.
Selain itu, palekko juga dianggap sebagai salah satu warisan kuliner yang harus dilestarikan. Masyarakat terus berupaya untuk mengenalkan palekko ke publik lebih luas, baik melalui acara festival kuliner maupun dengan mempromosikan makanan ini di berbagai platform digital.
“Rahasia cirikhas palekko bebek Pinrang terletak pada pemilihan bahan-bahan segar, seperti bebek yang masih muda dan rempah-rempah khas Pinrang. Saya juga menggunakan teknik memasak yang tepat untuk mendapatkan rasa yang khas” tambah Andi Tenri (Ahli kuliner Palekko di Pinrang) saat diwawancarai via telefon.
Bagi para wisatawan yang berkunjung ke Pinrang, mencicipi palekko adalah hal yang wajib. Di banyak warung makan dan restoran di sekitar daerah ini, palekko menjadi hidangan andalan yang selalu dicari. Tidak jarang, pengunjung merasa tak puas hanya dengan sekali mencoba, karena cita rasa palekko yang unik dan pedas benar-benar menggugah selera.
Kehadiran palekko di meja makan tak hanya memberikan kenikmatan rasa, tetapi juga menjadi jendela untuk mengenal lebih dalam budaya Pinrang dan Sulawesi Selatan. Melalui makanan ini, kita diajak untuk lebih menghargai warisan kuliner lokal yang sarat akan sejarah dan nilai-nilai sosial.
“Saya berharap Palekko Bebek Pinrang dapat menjadi ikon kuliner Sulawesi Selatan dan meningkatkan perekonomian masyarakat lokal” tambah Hj. Kino Taneng dikediamannya sekaligus tempat pembuatan palekko 30/12/24 via telefon.
Palekko, dengan segala keistimewaannya, adalah contoh betapa makanan tradisional dapat menjadi kekayaan budaya yang patut dijaga dan dilestarikan. Tidak hanya sebagai hidangan yang menggugah selera, palekko juga merupakan simbol identitas daerah Pinrang yang penuh dengan cita rasa, kehangatan, dan kekayaan budaya.