Tidak seperti pelaku peneriak isu SARA di Makassar yang cepat ditahan polisi. Pelaku peneriak isu SARA di Sinjai,sampai tulisan ini diangkat, tetap berkeliran mencari makan. Justeru yang terdengar, wartawan yang dipengadilankan hanya karena tak sejalan dengan rezim
sRA akronim dari Suku, Agama, dan Ras, adalah sebuah isu yan paling dimusuhi oleh negara yang penduduknya plural (beragam suku,agama,dan budaya) seperti Republik Indonesia.
Paling dimusuhi.Tentu saja.Sejarah membuktikan kebanyakan perang saudara terjadi karena dipicu isu SARA.
Di Sampit (2001) terjadi perang antara suku.Puluhan ribu nyawa melayang di sana. Sebelumnya, 2009, Ambon mengalami hal serupa. Triliunan kerugian negara hilang sia-sia.
Pakistan dulunya India.Isu SARA menyebabkan lahirnya Pakistan.India terpecah.
Tahun lalu negara Bolywood ini hampir saja mengalami perang saudara lantaran isu SARA dihembuskan oleh Perdana Menteri Narendra Modi yang dikenal penganut Hindu garis keras.
Hingga saat ini, sejak 1956, perang saudara masih berlangsung di Sudan, negara yang terletak di kawasan Timur Afrika ini bertaburan mayat dan puing-puing bangunan. Hanya karena isu SARA (baca Kompas.com, edisi Jumat 4/12/2020).
Akhirnya tokoh yang paling sukses menggunakan isu SARA meraih kekuasaan dan membunuh jutaan manusia Yahudi yang tak berdosa selama ia berkuasa ialah Adolf Hitler, penguasa Jerman dari partai NAZI .
Melihat ke belakang, kita tentu tak bisa menerima isu SARA dihembuskan di tengah kita. Namun,masih ada saja invidu yang sengaja atau tidak, sadar atu tak sadar, mengehembuskan isu berbahaya ini.
Warga net menyaksikan Ketua LPM Biringkanyya menerikkan isu SARA saat kampnye Pilwali Makassar 2020. Apalacur kubu lawan ramai-ramai menghantam balik. Pelaku akhirnya dipolisikan oleh paslonnya sendiri.
Kasus paling anyar terjadi di Kabupaten Sinjai Propinsi Sulawesi-Selatan beberapa minggu lalu Di tengah massa yang emosinya dalam perjalanan menuju titik didih salah seorang dengan lantang berterik “Kami orang Sinjai tak menerima orang luar”.
Baca juga : LSM GMBI Ormas Tersibuk Membela Hak-Hak Rakyat
Kalimat itu ditujukan kepada massa LSM GMBI yang dalam anggapannya massa ini bukan orang Sinjai tapi orang luar,khususnya dari Kota Makassar.
Ia menolak orang luar (massa LSM GMBI) menggelar aksi unjuk rasa di kampungnya.Sadar atau tidak, orang ini telah memantik batu api SARA.
Tak sama pelaku peneriak isu SARA di Makassar yang cepat ditahan polisi. Pelaku peneriak isu SARA di Sinjai,sampai tulisan ini diangkat, tetap berkeliran mencari makan. Justeru yang terdengar, wartawan yang dipengadilankan.
Bumi Indonesia milik semua rakyat Indonesia.Maka jangan peihara isu SARA di kampung jika tak ingin dikatakan musuh NKRI(*)