Liputantimur.com, Gowa, Sulsel – Jeritan Warga pelosok di Kabupaten Gowa yang menyimpan potensi pertanian yang luar biasa.
Dimana wilayah Komunitas Ma’lenteng secara Geografis, berbatasan langsung dengan Kabupaten Bone dan Kabupaten Maros.
Selain itu, Budaya masyarakat Malenteng cenderung hidup berdampingan dengan alam dimana mayoritas masyarakat menghidupi keluarganya dengan bertani.
Beberapa potensi yang ada di wilayah Malenteng yakni beras merah, Kopi dan madu alam dll.
Sehingga Malenteng disebutkan merupakan Kampung penghasil beras merah terbesar di Kacematan Tombolopao.
Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu Warga Malenteng yang meminta namanya disamarkan, yakni Pencari Kemerdekaan saat dihubung media ini. Selasa, (15/03/2022).
“Kampung ini juga merupakan kampung penghasil beras merah yang terbesar di Tombolopao, Selain beras merah ada juga madu dan kopi,” ungkap dia
Sementara untuk memasarkan komoditas pertanian. Warga hanya mengandalkan pedagang sekitar kampung untuk bisa dijual keluar.
“Di sungguminasa, pedagang di kampung yang beli baru dipasarkannya” tambahnya.
Kondisi Infrastruktur Jalan Masih Memprihatinkan
Potensi pertanian, madu alam Malenteng harusnya ditunjang dengan peningkatan pembangunan infrastruktur jalan.
Hal itu sebagai dukungan pihak pemerintah dengan memperbaiki kondisi jalan hingga ke Pelosok Desa.
Menurutnya Warga, ketika akses infrastruktur jalan sudah layak tentu akan memperlancar perputaran ekonomi.
“Jalan yang selamat ini menjadi terhambatnya perputaran perekonomian warga, agar hasil panen mudah di angkut, para pemangku kebijakan memberikan perhatian khusus agar bisa mengaspalkan,” harap Pencari Kemerdekaan itu.
Ia menceritakan letak strategis pelosok wilayah Malenteng kendatipun paling penghujung di Kabupaten Gowa karena berbatasan langsung dengan 3 Kabupaten.
Baca juga : Ending Abai, Jalan Sempit Akibat Material Tanah Longsor
Dengan itu, warga sangat mengharapkan pembukaan akses ke lintas 3 Kabupaten, sehingga pertumbuhan ekonomi warga di 3 Kabupaten pun akan meningkat.
“Malenteng itu penghujung gowa atau belum bisa di akses kendara tembus kab bone dan maros harapan kami jg pemerintah prov sulsel membuka jalur ke kab lain agar perputaran perekonomian 3 kab ini bisa lebih meningkat,” pintanya.
Agar tak terulang kembali dimana pasien warga Malenteng yang mengalami sakit harus ditandu untuk mendapatkan akses kesehatan.
“Dan tak jarang juga kalau ada warga yg sedan sakit itu di tandu,”
Sulitnya Pasilitas Jaringan di Malenteng
Ketersediaan pasilitas jaringan internet dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi pun komunikasi tak terkecuali warga Malenteng.
Sampai di Era 4.0 ini warga Malenteng, Desa Erelembang masih kesulitan mengakses jaringan.
Saat hendak berkomunikasi dengan keluarganya yang jauh, warga harus menempuh jarak sekitar 2 km untuk mendapatkan jaringan pun internet.
“Kami juga sulit berkomunikasi dengan keluarga yang jauh atau yang merantau di karena selama ini belum ada tower jaringan di desa kami,” tandasnya
Sehingga warga mengharapkan pembangunan tower jaringan Desanya, agar bisa merasakan layanan informasi dan komunikasi yang maksimal.
“Sama seperti jaringan agar kira pemerintah membangun tower jaringan di desa ini agar masyarakat juga menikmati suasana kemerdekaan,” tandasnya
Lebih lanjut, seorang Pencari Kemerdekaan menuturkan, para mahasiswa dan siswa yang menempuh pendidikan, mereka harus berjalan kaki melewati jalan becek sekitar 2 km untuk mendapatkan jaringan agar bisa ikut pembelajaran yang digelar secara daring.
“Bahkan Adik-adik atau mahasiswa yang kemarin-kemarin pembelajaran jarak jauh dikarenakan wabah covid yang telah mewabah ke seluruh dunia, para pelajar rela menembus melewati jalan becek dan melewati bebukitan yang jaraknya kurang lebih 2 kilo meter agar bisa belajar daring!!!,” Tutup Pemuda Pencarian Kemerdekaan.
Hingga berita ini diterbitkan pihak terkait belum berhasil dikonfirmasi. (*)