DUNIA kudu percaya bahwa kendaraan bermotor konvensional terbaik adalah produk keluaran Jepang, Eropa dan Amerika Serikat.
Sebab itu produk kendaraan mereka laris manis kayak kacang goreng di pasar otomotif dunia dibanding misalnya produk buatan Korsel, China, Turki, Iran dan Rusia.
Kondisi itu membujuk Indonesia untuk melirik bisnis lain. Urung niat memproduksi sendiri kendaraan bermotor konvensional sera besar-besaran.
Daripada bangkrut, lebih afdol Indonesia memproduksi kendaraan non konvensional yakni mobil listrik dan komponen banterainya.
Peluang sebagai the leader dalam segmen pasar kendaraan listrik cukup besar bagi Indoneisa. Pasalnya, cadangan nikel Indonesia terbesar di dunia dan didukung mutu yang terbaik.
Bermodalkan bahan baku dalam negeri yang melimpah dan berkualitas tinggi, harga mobil listrik Indonesia bisa menjadi lebih murah dari produk luar.
Nikel Indonesia Terdepan
Dari sisi jumlah produksi nikel per tahun, Indonesia menempati urutan pertama dari 10 negara terbesar dunia. Amerika Serikat (AS) berada di rutan ke-10. Produksi Inikel ndonesia 800.000 metrik ton (MT) per tahun dan AS sebanyak 14.000 MT per tahun.
Indonesia juga berada di urutan pertama dunia pemilik cadangan nikel, yakni 21 juta ton senyawa etal di 2019, Australia mencapai 20 juta ton senyawa metal.
Bahkan terdapat sumber daya nikel sebesar 8,64 miliar ton nikel yang sejatinya bisa diubah menjadi cadangan, kata Ketua Umum Ahli Pertambangan Indonnesia Rizal Kasli Sudirman Widhy Hartono, kutip CNN Indonesia,Rabu, (02/10/2019).
Sementara Brazil dan Rusia, masing memiliki cadangan nikel sebesar 16 juta ton dan 7 juta ton senyawam metal, tulis idxchannel.com (2/07/20021).
Cadangan nikel Indonesia itu berupa deposit nikel laterit yang merupakan produk laterisasi atau pelapukan batuan ultramafik yang mengandung magnesium dan besi, tutur Guru Besar ITB Mont Zaki Mubarok Kamis (29/01/2020).
Dari aspek kualitas, Nikel Indonesia terbaik di dunia. Bijih nikel kita tergolong kadar rendah 0,8 persen hingga 1,5 persen, hal ini bisa digunakan untuk memproduksi baterai lithium kualitas tinggi, tutur Kepala Subdirektorat Pengawasan Usaha Eksplorasi Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Andri Budhiman Firmanto , CNN Indonesia,Rabu (02/10/2019 ).
Andri tak sendiri mengatakan seperti itu. Ada CEO kendaraan listrik Tesla,yakni Elon Musk, di belakangnya. Musk mengatakan, “Australia dan Kanada melakukannya dengan cukup baik. Produksi nikel AS secara obyektif sangat buruk. Dan Indonesia yang terhebat,” dikutip liutan6.com (26/10/2020).
The Leader
Fakta yang tengah terjadi dewasa ini ialah permintan kendaraan listik dunia,utamanya mobil listrik mulai merangkan naik sejak 2020.Permintaan itu diperkirakan mulai melonjak tajam 5 tahun sebelum tiba 2035.
Pasalanya pada tahun itu negara-negara Eropa,China,Jepang dan Amerika Serikat mulai memproduksi secara besar-besara kendaraan listrik.
Kedua, harga nikel juga terus merangkak naik akibat kenaikan permintaan baterai lithium dunia sementara pasokan nikel duni relatif terbatas.
Melansir Bloomberg, per Kamis (7/01/2021), harga nikel di Bursa London Metal Exchange (LME) untuk kontrak tiga bulan beraada di level 18.109 Dollar AS per ton. Ini merupakan harga tertinggi sejak 20214, tulis kontan.co.id, Jumat (18/01/2021).
Berkurangnya pasokan nikel di pasar global merupakan dampak dari kebijakan Pemerintahan Presiden Jokowi yang melarang ekspor biji nikel pada Januari 2020 dan menurunya volume produksi beberapa negara penghasil nikel seperti Kuba, Brasil, Rusia.
Fakta itu menunjukkan Indonesia dapat mengendalikan harga nikel dunia dan semua komponen kendaraan listrik yang menggunakan nikel. Kekuatan Indonesia ini sulit ditandingi dan karena itu Indonesia memliki kansa besar menjadi ‘The Leader ‘ di pasar bataerai isi ulang dan kendaraan listrik dunia.
Menguasai Pasar
Langkah awal penguasaan pasar gemuk kendaraan listrik dunia mulai dilakukan Indonesia dengan mendirikan pabrik baterai kendaraan listrik di Kota Deltamas, Karawang,Jawa Barat pada Senin (24 Mei 2021).
Pabrik yang beroperasi di bawah bendera PT Industri Baterai Indonesia (Indonesia Battery Corporation (IBC) ini adalah perusahaan patungan Indonesia Korea Selatan dan China. Ia percaya kapasitas produksinya dapat menembus angka 140 (GWH) pada 2030.
Di samping untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, baterai yang diproduksi juga akan diekspor.
Wakil Menteri I BUMN Pahala Nugraha Mansury mengatakan, selain digunakan untuk produksi kendaraan listrik dalam negeri, sebagian dari produksi baterai tersebut kemungkinan juga akan diekspor ke luar negeri,yakni baterai cell sebanyak 50 GWH, binis.com (26/03/2021).
Pabrik baterai dan pembangunan stasiun pengisian baerai kendaraan listrik sesuai road map merupakan domain PT.Pertamina, Tbk dan PT PLN .
Untuk memenuhi kebutuhan nikel PT IBC dan perusahaan dalam negeri, pemerintah menunjuk PT Antam,Tbk memproduksi biji nikel dengan membangun smelter.
Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) diberikan kewenangan membangun pabrik kendaraan listrik. Kementerian perdagangan ditugaskan mencari pasar dan mempermudah impor komponenan mobil listrik.
Industri hulu dan hilir kendaraan listrik perlahan dibangun dan digerakkan “Di 2021-2023 ini diharapkan mulai dirasakan impac-nya”, kata Pahala.
Namun semua langkah yang ditempuh pemeritah di atas hulunya adalah kemauan politik rezim yang tertuang dalam Perpres No.55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berasis Baterai yang diteken Jokowi(*)