Liputantimur.com, Makassar – Kini mulai bermunculan nama-nama yang oleh publik dianggap akan maju bertarung di Pilgub SulSel pada 2024 mendatang.
Mereka antara lain. Danny Pomanto (Walkot Makassar), Andi Sudirman Sulaiman (Gubernur SulSel), Mayjen.TNI Purn. Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki, (mantan Pangdam Hasanuddin).
Ada lagi yakni, Rusdi Masse atau RMS (Ketua DPW Nasdem SulSel), Toufan Pawe (Ketua DPW Golkar sekaligus Walkot Pare -Pare), dan Adnan Purichta Yasin Limpo (Bupati Gowa).
Diantara mereka nama Danny Pomanto dan Adnan Purichta YL selalu memdominasi topik diskusi warga Kota Makassar.
Mungkin saja, lantaran dua nama ini lebih populer dari lainnya. Hingga lebih digemari dijadikan bahan perbincangan.
Namun yang paling menarik perhatian dari kedua tokoh ini, ialah Danny Pomanto, Walikota Makassar saat ini. “Seru”, katanya.
Pertama, jika RMS maju, Danny dan Nasdem pecah kongsi. Ini pasti. Beda sekiranya RMS urung maju, bisa jadi kongsi jalan terus.
Tetapi jika melihat kontelasi politik Nasional, kemungkinan besar pecah kongsi terjadi. Alasannya jelas, Nasdem ke Anies Baswedan sementara Jokowi ke Ganjar di mana kuat sinyal Danny ada di kubu Ganjar.
Baca : Mau jadi Penguasa?, Lima Pihak ini Harus Dirangkul
Kedua, serangan terhadap Danny kian gencar akhir-akhir. Peluru lawan yang paling kentara ditembakkan ke arah Danny ialah isu Laskar Pelangi yang habis masa kontrak dan tidak dilanjutkan, serta isu pemilihan RTRW.
Stigma yang ingin dibangun kubu lawan dari dua amunisinya itu ialah Danny tak manusiawi dan tidak demokratis.Tujuannya : Danny gagal. Serangan ini menimbulkan kekesalan dari loyalis Danny.
“Politik memang kejam, andaikata kubu lawan memenangkan Pilwali kemarin, niscaya barisan Danny Pomanto diperlakukan sama: didepak dari lingkaran kekuasaan. Karena itu teriakan miring terhadap Danny hanya sebuah retorika politik yang hipokrit dan murahan”, kata seorang pejuang Adama di Kecamatan Ujung Pandang.
Ketiga, ada kesan kuat, Danny agak over percaya diri bisa memenangkan Pilgub mendatang.
“Padahal kalau melihat hasil perolehan suara di Pilwali kemarin, sejatinya Danny belum cukup kuat di Makassar”, kata seorang akademisi yang jeli membaca data.
Saat Pilwali 2021 perolehan suara Danny Fatma sebanyak 218.908 suara/41 persen. Angka ini jauh di bawah jumlah suara pemilih yang ngambang atau tak memilih: 400 ribu orang dari 900 ribu lebih total DPT .
Baca juga : Danny Pomanto;Target PAD 2023 Rp.2 triliun Cukup Rasional
Artinya, kekuatan Danny di Makassar masih terbilang kecil, hanya 24 persen dari 900 lebih total DPT aktual Kota Makassar.
“Dari sudut pandang lawan politik hal itu merupakan celah besar untuk dapat mengalakan Danny di Makassar,” katanya.
Rencana Danny mengumpulkan loyalis Adama di Tokka, Desa Moncongloe, Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros di awal Februari 2023 sebagaimana dilansir oleh Radar Makassar, Sabtu (27/1/2023).
Baca juga : Walikota Makassar Danny Pomanto : Program Metaverse untuk Lindungi Anak-Anak Kita
Dapat ditafsirkan sebagai upaya Danny merebut lebih oleh setengah dari 400 ribu suara ngambang melalui tim yang solid.
Waktu yang digunakan Danny melakukan hajatan konsolidasi dengan loyalis Adama sudah tepat, karena tahun jatuhanya pilgub 2024 tak bisa dibilang masih lama dalam kalender perpolitikan.
Politik sifatnya dinamis, sering terjadi kejutan dalam tempo sikat di luar prediksi. Sebab itu, dalam konteks perebutan kekuasaan, kalender umum tak bisa dipakai di dunia politik. (Tim/*)