Sulit membayangkan sebuah organisasi bisa cepat membesar dan kuat apabila pemimpinnya secara finansial lemah” (Guru Besar Fakultas Hukum Unhas Achmad Ali).
Oleh : Pettarani,SH
Pelaku Usaha
jokowi, Yusuf Kalla, Aburizal Bakri, Hary Tanoe, Surya Paloh, Sandiaga Uno, Eric Tohir, dll adalah sedikit nama dari sejumlah nama pelaku usaha (busines man)di Indonesia.
Apa yang kita tahu dari mereka di luar urusan pengembangan usahanya ialah nama-nama mereka juga menonjol di dunia politik praktis. Jokowi presiden dua preiode. Yusuf Kalla dua kali memangku jabatan politis nomor dua di Indonesia: Wapres.
Aburizal Bakrie pernah Ketua Umum Partai Golkar dan menjabat menteri. Hari Tanoe ketua Partai, Surya Paloh duduk di kursi nomor satu di Nasdem, sandiaga Uno mantan Wagub DKI medampingi Anies Baswedan dan kini menjabat Menteri Pariwisata .Erick Tohir menjabat menteri BUMN.
Fenomena pelaku usaha menduduki jabatan politik yang strategis dalam suatu negara tidak hanya terjadi di Indonesia tetap juga dihampir semua negara di dunia.
Donald Trump di Amerika Serikat. Saat dia terpilih menjadi Presiden negeri Paman Sam ini, di adalah termasuk dalam kelompok pengusaha papan atas negerinya.
Demikian juga dengan Perdana Menteri Inggris yang baru Rishi Sunak adalah pengusaha papan atas di negeri ini. Menurut satu laporan, kekayannya melebihi kekayaan King Charles yang baru menggantikan posisi ibunya Queen Elizabeth II yang wafat.
Kita melihat Silvio Berlusconi. Orang kaya ini menjadi perdana menteri Italia selama empat kali pemerintahan. Dia meraih kekayaannya dari bisnis media.
Forbes mencatat, pada 2016, Berlusconi memiliki kekayaan USD 6,2 miliar yang menempatkannya di urutan ke lima terkaya di Italia.Dia juga masuk ke dalam daftar pria paling berpengaruh di dunia.
Selanjutnya,Petro Poroshenko dari Ukrania.Kekayaannya mencapai USD 760 juta. Dia menjadi presiden Ukrania sejak 2014 setelah sebelumnya menjadi menteri luar negeri dari 2009-2010.
Shinawatra punya cerita yang sama. Dia adalah salah satu pengusaha media terkaya yang menjadi perdana menteri Thailand sejak 2001-2006.
Dia pernah dihukum penjara selama dua tahun lantaran tuduhan penyalahgunaan kekuasaan.Meski begitu dia tetap menyebarkan pengaruh politiknya melalui partai yang didirikannya.
Meski kehilangan banyak uang setelah berhenti dari kekuasannya, dia masih menjadi salah satu miliarder terkaya dunia dengan total kekayaan sebesar USD 1,8 miliar.
Di Libanon dunia mengenal Rafiq Hariri. Orang kaya ini dapat menduduki jabatan Perdana Menteri Libanon selama dua periode. Kekayaanya diraih dari kerajaan bisnisnya mulai dari konstruksi, real estate, media dan telekomunikasi.
Seluruh bisnisnya membuat hartanya melimpah hingga bernilai USD 10 miliar. Dia meninggal lantaran dibunuh pada 2005 di Beirut.
Sebastian Pinera presiden Chili sejak 2010-2014. Dia memulai bisnisnya sebagai penjual kartu kredit hingga melebar ke bisnis penerbangan, pertambangan, media, real estate dan farmasi.
Masih banyak lagi dimana semua fakta ini menegaskan bahwa pelaku usaha punya tempat terhormat di tangga struktur sosial dalam masyarakat dan mampu merebut kekuasaan.
Betapa kuatnya pengaruh kelompok pelaku usaha terhadap perebutan kekuasaan dalam satu negara tak bisa dihindari sebab manusia sejak lajir sudah membawa sifat ingin berkuasa.
Bukti anak manusia membawa sifat ingin berkuasa atau mendominasi sejak dalam kandungan ialah prilaku cabang bayi kembar dalam kandungan. Peneliti melihat di layar monitor kedua anak saling berebut makanan.Masing masing ingin lebih dulu dari lainnyadengan cara saling tendang.
Di samping memiliki kekayaan dengan jumlahnya di atas rata-rata dan sebagai pemilik parpol, para pelaku usaha, utamanya golongan atas, juga memiliki kekuatan dalam bentuk jaringan bisnis, karyawan dalam jumlah ribuan, penggemar atau simpatisan yang jumlahnya dalam hitungan puluhan ribu di seluruh penjuru republik Indonesia.
Praktis orang-orang ini memiliki nilai tawar politik yang tinggi terhadap parpol maupun rezim yang berkuasa.
Dua pola
Tampaknya dimana-mana sama saja pola pelaku usaha merebut kekuasaan. Pola pertama kita sebut pola pasang badan. Di sini gerakan para pelaku usaha tampak di permukaan.
Awalnya masuk ke parpol sebagai kader. Karena bargaining power kuat, posisi strategis di parpol menjadi miliknya.
Memasuki pilpres dan pilkada, pelaku usaha duduk di barisan utama timses karena sanggup memodali calonnya. Kalau calonnya menang, otomatis ybs mendapat kekuasaan.Seperti apa kekuasaan yang akan diberikan, tergantung deal.
Pola kedua ialah pola laten, gerakannya tidak tampak di permukaan.Banyak alasan penolakan tampil di depan umum. Namun yang pasti pelaku usaha dibelakang layar ini tidak mau terganggu urusan bisnisnya dan menghindari sorotan publik.
Di sini para pelaku usaha hanya berperan sebagi memasok dana sesuai kebutuhan calon.Tentu ada imbalannya.Seperti apa bentuk imbalan,tergantung deal.
Sejumlah pakar politik mengatakan pelaku usaha bernafsu ingin berkuasa dalam satu negara karena didorong oleh dua faktor utama : menjaga dan mengembangkan propertinya di satu sisi dan di sisi lain ia ingin memperjuangkan idiologinya.
Untuk mewujudkan impiannya, pelaku usaha mendirikan parpol atau ia masuk parpol.Ini konsekuensi dalam negara demokrasi. Sebagi kendaraan politik, parpol yang diandalkan dapat mengantar ke kursi kekuasaan.
Sebab itu jika anda ingin berkuasa bermitralah pada pelaku usaha, utamanya kelompok pengusaha papan atas yang sejalan dengan idiologi anda. Niscaya mereka bersedia.(*)