Liputantimur, Matim, NTT – Porang adalah Tanaman Umbi-umbian yang juga termasuk anggota marga Amorphophallus dan kerabat dengan suweg dan walur, Iles-iles.
Meskipun sebelumnya tanaman Porang hanya dikenal sebagai tanaman liar bagi para petani di Indonesia, ternyata umbi tamanan Porang sangat dibutuhkan pasar lantaran dapat diolah menjadi makanan dari bahan tepung porang.
Selain itu juga dapat diolah menjadi bahan kebutuhan kosmetik, penjernih air dan bahan pembuatan lem, jelly serta beberapa manfaat lainnya.
Porang sudah dikenal dalam dunia bisnis saat ini melalui umbinya, bukan cuma untuk kebutuhan dalam Negeri tapi juga merupakan kebutuhan pasar dunia sehingga peluang ekspor untuk umbi porang cukup luas.
Tak sampai disitu, misalnya kawasan Asia seperti Negara Jepang, Cina, Vietnam Juga kawasan Eropa merupakan salah satu destinasi ekspor kebutuhan umbi Porang.
Baca berita: Akibat Diguyur Hujan, Jalur Elar-Ruteng Terputus
Di Indonesia khususnya pada daerah tropis, beberapa tahun terakhir ini, Para petani mulai tertarik melakukan budidaya porang bahkan telah banyak merasakan hasil dari pada bertani porang.
Petani di berbagai daerah di wilayah Indonesia bagian timur mulai melakukan budidaya porang, dipicu oleh meningkatnya minat petani bercocok tanam porang karena adanya tingkat keuntungan yang memadai.
Hal itu disebabkan berkembangnya industri olahan berbahan baku umbi porang, juga ditopang dengan kondisi lahan cocok.
“Sebagai Pemuda ataupun generasi harus mempunyai kesadaran dalam menjemput tanaman ini, Porang juga sebagai komoditas yang menggiurkan dan banyak Petani tertarik untuk melakukan Budidaya tanaman ini,” ungkap Mulyadi saat ditemui oleh awak Media Minggu, (09/01/2022) sekitar pukul 10.00 wita.
Mulyadi, sebagai Pemuda Desa Biting, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur juga mengatakan bahwa porang sebelumnya hanya digunakan batangnya sebagai lauk.
“Awalnya di Desa Biting, Porang hanya tanaman liar dan kadang batang tanaman ini sering dijadikan lauk pauk bagi masyarakat,” katanya
Sebelumnya, Ia tertarik menanam Porang sejak 2017 (4 tahun lalu).
“Sehingga pada tahun 2017, saya tergiur untuk menanam Tanaman porang karena tergiur dengan harga serta menerapkan konsep budidaya Porang konfesional” tandasnya.
Hal tersebut dikarenakan Masyarakat menanam bibit dari tanaman liar atau cabutan di sekitarnya.
“Karena awalnya masyarakat juga banyak juga yang menanam tapi penerapannya hanya memindahkan dari tanaman liar ke lokasi tanah masyarakat,” terangnya
Lebih lanjut, Menurut Mulyadi, bahwa “Budidaya Porang juga bukan hanya untuk pada umbi maupun biji katak tapi bagi saya budidaya Porang sebagai langkah strategis untuk melakukan konsep agrowisata” ujarnya
Meskipun awalnya melakukan konsep ini agak sulit, tapi ketika mereka lakukan dengan membetuk kelompok kerja hal yang sulit bisa sangat mudah.
“Harapannya semoga pemerintah daerah umunya dan khususnya pemerintah Desa bisa membuka mata supaya tanaman ini bisa dijadikan produk unggulan dan bisa membuat pemerintah desa bisa mandiri juga”. Tutupnya
Laporan: Latif / Editor: Imran