Liputantimur.com | Jeneponto – Pembangunan dan Rehabilitasi Sarana Pendukung pada UPT SMP Negeri 1 Kelara tepatnya di Kelurahan Tolo Kota, Kecamatan Kelara Kabupaten Jeneponto diduga mengabaikan prosedur sesuai rencana anggaran dan Biaya (RAB).
RAB adalah dokumen yang merinci semua biaya yang akan dikeluarkan untuk menyelesaikan suatu proyek atau kegiatan. RAB juga mencakup biaya bahan, tenaga kerja, peralatan, dan biaya lainnya yang terkait dengan proyek atau kegiatan tersebut.
Namun Pembangunan dan Rehabilitasi Sarana Pendukung pada UPT SMP Negeri 1 Kelara jika ditelisik dengan hasil realisasi dan penerapannya dilapangan justru terdapat banyak kejanggalan. Baik pada pembangunan tribun di areal lapangan Suhato dan rehabilitasi sekolah SMPN 1 Kelara yang merupakan satu paket.
Di mana anggaran Pembangunan dan Rehabilitasi Sarana Pendukung pada UPT SMP Negeri 1 Kelara bersumber dari Dana DAU Ermark 2024, Pemenang tender CV. Mega Buana Sejahtera dengan total kontrak Rp. 1.072.531.000, masa kerja 20 September s/d 31 Desember 2024 namun sampai saat ini 07 Januari 2025 pengerjaan tersebut belum selesai.
Hal ini mendapatkan sorotan warga setempat yang menilai realisasi pengerjaan Pembangunan Tribun sekolah dan Rehabilitasi Sarana pendukung pada UPT SMP Negeri 1 Kelara terkesan asal-asalan atau melenceng dari Standar Operasional Prosedur.
Kenapa tidak, kata dia, banyak yang tak sesuai harapan atau dilaksanakan tanpa mengikuti RAB salah satunya untuk pengerjaan Beton yang sangat diragukan lantaran tidak menggunakan alat Ready Mix untuk mencapai ketentuan spesifikasi K- 275.
“Terlihat amburadul dan asal jadi pengerjaannya baik tribun dan rehab sekolahnya, padahal ada ketentuan di RAB. itu bagaimana misalnya yang harusnya pake alat Readi Mix untuk beton tapi jusuru pake alat manul dengan takaran ember saja,” kata salah satu tokoh masyarakat Tolo Kota, kr Rani, Senin (06/01/2025).
Tak hanya itu, Kr. Rani yang juga sekalu aktivis hukum menjelaskan jika hal itu jelas tertera dalam RAB, komposisi beton KK-275. Di mana campuaran berupa Semen: 406 kg l, Pasir: 684 kg, Kerikil: 1026 kg, Air: 215 liter, Admixture: 0,09 liter, Density: 2367 kg. Split: 1010 kg, Abu batu: 198 kg.
“Seharusnya sebelum digunakan, beton K-275 harus diperiksa dan diuji kualitasnya. Penerapannya juga harus dilakukan oleh tenaga profesional,” kata Kr. Rani saat ditemui awak media.
Baca Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kelara Karalloe Disinyalir Abaikan SOP?
Berdasarkan tinjauan langsung di lapangan oleh tim awak media juga menemukan beberapa kejanggalan atas pengerjaan banguanan tribun dan rehab bagian atas sekolah SMPN 1 Kelara.
Terlihat pengerjaan amburadul, (asal jadi) seperti sejumlah besi rangka atap tribun terpasang banyak yang tidak dilas, ring atap hanya menggunakan besi pagar 4×1, ujung seng tidak siku (lurus), tiang beton (tidak lurus) serta tidak terdapat ring balok beton sebagai penyangga rangka atap dan rangka plafon rehab sekolah hanya mengunakan holo tipis ukuran 4×2 serta terlihat para buruh pekerja tidak mengunakan alat pelindung diri (APD) sebagaimana ketentuan RAB.
Sementara saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon sub kontraktor pelaksana proyek tersebut juga menyampaikan jika benar pengerjaan pengecoran hanya mengunakan molen dan penakar manual berupa sekop dan ember.
“Tidak mesti ji pake Ready Mix, adakah tertulis di RAB harus mengguanakna alat ready mis,” jelasnya.
Namun saat ditanya bagaimana mengetahui beton K-275 seperti yang tertera di RAB tanpa alat tes dan diuji, katanya bisa mengunakan skop dan ember. (Tim/*)