Oleh: Pettarani,SH*)
Per 2 November 2022 ada tiga negara yang secara ekonomi sangat kuat,yakni USA, China dan Jepang. China terus membuntuti AS dan satu saat AS akan disalip.Tanda-tanda ke arah itu semakin jelas. Ramalan ini sejatinya sudah terjadi jaman SBY, 11 tahun silam.
Saat itu, SBY merapat ke China.Dilanjutkan ke Jokowi.Mudah ditebak,yakni agar RI bisa mendapatkan bantuan dana pembangunan lebih banyak.Sekali lagi lebih banyak.
Sebab uang di negara-negara Eropa tengah menipis karena ekonominya kurang bergairah.Apalagi di tengah perang Rusia- Ukrania saat ini, tambah loyo saja ekonomi Eropa.Minta bantuan lebih banyak di Eropa, mustahil dapat dikabulkan.
Sesuai kata pepatah di mana ada gula di situ ada semut. Karena China banyak uang, banyak negara berkembang merapat kepadanya.Contoh paling anyar ialah Thaliban yang baru saja berkuasa di Afghanistan.
Di sisi lain, Arab Saudi dan UEA membentuk aliansi strategis dengan China dan Rusia.Amerika agak geram, tapi negara-negara Arab tak peduli.Bahkan AS tak berdaya menekan Arab Saudi agar negara kerjaan ini menurunkan harga minyaknya.Arab Saudi dkk cuek.
Mengapa mereka pelan-pelan tinggalkan AS dan Eropa lalu merapat ke Rusia dan China yang notabene Komunis?
Alasannya jelas, masa depan ekonomi dunia ada di Asia dan sebagain Eropa Timur yang dimotori China, Rusia, India,Jepang, dan Indonesia. Bukan lagi di Eropa.
Teknologi ada di China,Jepang, Rusia dan India.Uang menumpuk di empat negara ini. Bicara pangsa pasar, gabungan pasar China, Rusia, India,dan Indonesia tak bisa ditandingi oleh aliansi mana pun.Karena penduduk terbesar dunia ada di Asia dan sebagian Eropa Timur.
Wajar dan masuk akal mengapa RI harus lebih bersahabat dengan China.
Lantas kenapa China selalu dipojokkan?, sementara kita yang merengek meminjam uang? .
Agak ke dalam, apakah ada catatan sejara China pernah menjajah Indonesia?.Tidak ada. China justeru dihantam oleh Mongol, Jepang, dan Inggris, bangsa barbarian, kapitalistik yang suka menjajah dan menghancurkan negara lain.
Lantas kenapa banyak dari anak bangsa ini phobia terhadap China?.Apa salah mereka?.Karena komuniskah mereka?.Atau karena mereka bisa lebih cepat kaya dan makmur dari kita?
Jangan lupakan sejarah.Ingat, karena komunis Unisoviet (sekarang Rusia), dkk, bangsa Indonesia tak bisa lagi dijajah oleh Belanda dan bahkan bisa membebaskan Irian Barat dari cengkraman Belanda dan sekutunya AS dan beberapa negara Eropa Barat.
Sebaliknya, karena AS dan negara Eropa Barat Belanda berupaya untuk kembali menjajah rakyat Indonesia.
Karena tekanan AS dan Eropa sehingga wilayah Indonesia yang kaya sumber daya mineral dibagi- bagi .Papua ke AS untuk Freeport. Sorowako ke Kanada, dst.SDA kita dikuras oleh mereka sejak 1968, jaman dimana Soeharto mulai berkuasa (lihat John Perkins “The Confession of Economic Hit Man”, 2005).
Dari buku John kita tahu bahwa kejatuhan Soekarno ada kaitannya dengan Soeharto yang berujung pada penguasaan sumber daya alam bangsa Indonesia.Menunjukkan mentalitas pemimpin kita, sejak Soeharto berkuasa, meminjam instilah Koentjara Ningrat, memiliki mentalitas menerabas.
Mau cepat kaya sehingga harga diri dan harga kekayaan alam dilego dengan harga murah.Mentalitas ini mucul sebagai akibat dari penjajahan yang berlangsung sangat lama.Begitu meredeka, keinginan cepat kaya mengemuka.
Lantas kenapa China dimusuhi?. Siapa yang salah?.
Sikap Tegas Mahatir
Sebelum saya jawab soal itu baiknya saya nukil sebagian dari cerita menarik sikap PM Mahatir Muhammad yang ditunjukkan kepada penguasa China.
Dengan tegas Mahatir membatalkan semua kerjasama China dengan Pemerintahan Malaysia sebelumnya yang dipimpin PM Najib Razak. Puluhan triliun nilai proyek infrastruktur China di Malaysia batal berjalan dan berhenti di tengah jalan.
Wajah penguasa China Li Kegiang yang putih sontak berubah kemerahan seperti merahnya buah jambu air di halaman belakang rumah tangga.Mahatir tak goyah. Ia malah mengeluarkan kalimat singkat namun membuat PM China maklum. “Kami tak ingin ada kolonialisme gaya baru untuk rakyat Malaysia”, tempo.co, Jumat (24/08/2018).
Belakangan terungkap PM sebelumnya Najib Razak makan sogok puluhan miliar agar proyek China masuk .Ujungnya Najib ditangkap dan dipenjarakan karena terbukti emang makan Sogok.
Nah, pola investasi China di Malaysia saat itu miri-mirip dengan polanya di Indonesia. Karyawan kebanyakan dari China.Gaji penduduk lokal kecil dibanding gaji karyawan asal China, dst. Ini pula antara lain salah satu alasan PM terpilih Mahatir batalkan perjanjian di samping besarnya hutang Malaysia saat itu.
Berkaca pada Malaysia kita dapat berasumsi bahwa bukan China yang salah tetapi oknum pejabat kita yang salah dan bodoh.Mental kebanyakan oknum pejabat kita miskin moral.
Akibatnya idealisme, patriotisme dan nasionalisme hilang di dada karena uang, uang dan uang. Kongkalikong dengan pengusaha China model PM Najib Razak dipraktekkan.
Sekarang pertanyaannya, siapa yang anda dukung, China atau AS dan sekutunya yang dikenal sebagai negara barbarian, manusia liviatan abad 20-21?
Dua hal yang perlu diingat, siapa tau anda pendukung loyal kerajaan Arab Saudi, hanya karena mayoritas rakyat negara ini Muslim.
Bahwa sejak satu setengah tahun lalu, Arab Saudi resmi bersekutu dengan Israel. Jangan heran jikalau sejak itu sikap Arab Saudi dingin terhadap Israel yang bermusuhan dengan Palestina.
Kedua, catatan sejarah mengungkap, kerajaan Arab Saudi dibentuk oleh Inggris.Dan Inggrislah yang berjasa besar kepada bangsa Yahudi karena dia membuka jalan untuk bangsa ini mencaplok tanah Palestina.
Maka dari itu sebagai bangsa yang pernah dijajah ratusan tahun oleh Belanda dan sekutunya, kita tidak bisa terlalu percaya dan merapat kepada Arab Saudi.
Politik RI adalah bebas aktif non block.Menolak permusuhan dan menerima persahabatan dengan siapapun.Itu jati diri kita.Kita bukan bangsa agresor seperti As dan negara-negara Eropa Barat yang haus darah.
Dalam bukunya “Di Bawah Bendera Revolusi”, cetakan 1964, Bung Karno berkata,’Bangsa Asia adalah bangsa religius. Banyak agama dunia lahir di sini”.
Makna luas dari kata agama ialah anti kekecauan atau permusuhan, dst.Oleh sebab itu, meminjam pendapat Bung Karno itu, bisa kita katakan Bangsa Asia, khususnya Indonesia, adalah bangsa yang cinta damai.Bukan bangsa agresor yang gemar perperang , membunuh dan menghancurkan bangunan negara bangsa lain.
Di tengah persaingan ketat antara China dan negara-negara Barat, wajar kedua pihak saling memojokkan pihak lain. Kita sebagai jurnalis mesti hati hati, jangan sampai termakan oleh politik stigmatisasi, proxy war dari pihak mana pun yang bersaing.
Kita mesti jernih membaca keadaan.Bukan sebaliknya, kabur atau buta dengan dinamika politik global karena memihak ini atau itu sehingga phobia terhadap satu bangsa tanpa dasar yang bisa menciptakan polarisasi yang tajam diantara rakyat yang hidup di bawah bendera NKRI. Salam satu pena(*)
*)Penulis: Direktur liputantimur.com group