Liputantimur, Bone, Sulsel – Pilkades di Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan membawa dampak buruk bagi sejumlah Warga.
Pasalnya, mereka harus rela membongkar Rumah yang telah didirikan hanya karena diduga persoalan keluarga kandidat pemilik lahan kalah dalam Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di Kabupaten Bone.
Pembongkaran Rumah Warga tersebut terjadi di Dusun Watang Unra, Desa Unra, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
Pembongkaran diduga terjadi karena pemilik lahan yang menjagokan Calon Kepala Desa (Cakades) Andi Ida Musdalifah kalah dalam Pilkades Serentak khususnya di Desa Unra, pada Kamis 18 November 2021 lalu.
Kini pemilik Rumah harus mencari tempat tinggal baru lantaran lahan yang ditempati merupakan milik salah satu keluarga Cakades yang kalah di Pilkades Unra.
Masyarakat yang dianggap tidak mendukung jagoannya dijadikan sasaran, sehingga menyuruh memindahkan rumah Warga dari lahan miliknya.
Kejadian yang dialami Warga Dusun Watang Unra, Desa Unra, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, Lima Kepala Keluarga (KK) harus menjadi korban dari pesta demokrasi Pilkades Bone beberapa pekan lalu.
Warga atau KK yang akan jadi korban yakni Hapida, Jami, Mase, Hatipa, dan Padil, mereka digusur oleh tuan tanah dari lahan yang mereka tempati hanya kerena perbedaan pilihan.
Tiga di antara Lima Unit Rumah Warga yang terancam akan digusur oleh pemilik lahan hal ini diberikan waktu selama Dua bulan untuk memindahkan barang-barang dan Rumah mereka dan Dua unit di antaranya sudah dibongkar.
Hal ini, Kepala Desa terpilih Fitriani mengatakan bahwa ia akan menampung Warga yang menjadi korban pengusiran tersebut.
“Saya akan menampung warga yang mengalami pengusiran dan penggusuran untuk mencarikan solusi” kata Fitriani saat dikonfirmasi tim media, Senin (29/11/2021)
Selain itu, Fitriani juga mengajak Masyarakat untuk ikut membantu dan meringankan beban korban demokrasi Pilkades di Desa Unra.
“Juga mengajak masyarakat Desa Unra untuk turut membantu dan berpartisipasi meringankan beban masyarakat yang menjadi korban dari demokrasi,” harap Fitriani.
Sementara itu, Camat Awangpone saat di konfirmasi media melalui pesan singkat WhatsApp belum berhasil memberikan keterangan hingga berita ini diterbitkan. (imran)