Liputantimur.com | Tarakan – Panjangnya antrian dan kemacetan acap hari terjadi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Tarakan merupakan fenomena sosial yang tak berujung. Kisah lama yang tak kunjung ada penyelesaiannya, bahkan bertambah amburadul. Kondisi ini sangat memprihatinkan, baik itu dilihat dari kacamata hukum, maupun kacamata sosial.
Ramainya keluhan yang mengebiri hak-hak umum ini, telah acapkali masyarakat Tarakan jumpai di lapangan. Insiden ini adalah sebuah ironi, karena hari ke hari, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun, kebijakan liar ini menjadi tontonan yang membosankan, karena sudah keluar dari ketentuan yang seharusnya.
Ketua Lembaga Nasional Pemantau dan Pemberdayaan Aset Negara provinsi Kalimantan Utara (LNPPAN Kaltara), Fajar Mentari menuturkan bahwa ironi fenomena ini sudah bukan rahasia umum, karena nampak jelas bahwa selalunya kondisi SPBU itu dibanjiri oleh truk-truk pengangkut timbunan dan bahan material bangunan lainnya.
“2019 lalu, SPBU dibanjiri oleh pengetap BBM yang tidak mengantongi izin resmi. Berbeda dengan antrian di 2022 ini, truk penimbun ini sangat memadati badan jalan untuk mengantri BBM subsidi, bahkan ada yang ‘memakan’ separuh badan jalan,” ungkap pria yang akrab disapa FM ini.
Baca juga : Kukuhkan KAD Provinsi Sulteng, Ini Pesan Gubernur Kepada Pengurus
Dikatakannya, truk-truk tersebut berjejer di depan mata, bukan main, tidak main-main, tidak main kucing-kucingan, dan bahkan terang-terangan bermalam di sepanjang jalan dekat pintu masuk SPBU untuk berpartisipasi setiap pagi dalam rangka meramaikan lomba antrian paling depan, dan lomba pengisian BBM paling cepat.
“Yang lebih ironis adalah belum terlihat adanya upaya dari pihak Pertamina dan Pemda setempat maupun aparat kepolisian untuk mengurai dan membongkar persoalan itu sekaligus mencari penyebab adanya antrian itu. Mengapa para para pemangku kewenangan masih pura-pura buta-tuli, karena diam itu menerangkan terjadinya pembiaran. Perlu kita ketahui bersama bahwa kegiatan truk-truk itu diduga untuk armada penimbunan kegiatan proyek, dan tambah parahnya lagi mereka mengantri BBM bersubsidi,” sergah FM.
Menurut FM, jika mau ditelisik dan ditelusuri banyak kejanggalan yang terjadi di balik adanya antrian tersebut. “Karena nampak sangat jelas bahwa SPBU itu dibanjiri oleh truk-truk pengangkut timbunan dan bahan material bangunan lainnya, ujarnya.
Perlu kita ketahui bersama, lanjut FM, bahwa kegiatan truk-truk itu diduga untuk armada penimbunan kegiatan proyek, “tambah parahnya lagi mereka mengantri BBM bersubsidi untuk kepentingan diduga kegiatan proyek yang mestinya menggunakan BBM industri,” terangnya.
“Sampai dengan saat ini, pihak kami masih terus melakukan investigasi untuk mengumpulkan data bukti-bukti dugaan yang kami maksud tersebut. Dan Alhamdulillah kami telah mengantongi sejumlah rekaman bukti siapa saja yang terlibat, siapa yang diduga membekingi, terkait apakah ada oknum dan mobil dinas institusi negara yang berkegiatan di area proyek itu akan kami bongkar nanti setelah tim kami melakukan pencocokan data,” tutup FM diakhir wawancaranya.